A. Apa itu Buddhayana ?
Buddhayana identik dengan Ekayana, terminologi teknis yang dipakai untuk merujuk dan merangkum pandanagan, aliran ajaran, atau pun pengertian agama Buddha secara keseluruhan, yang menegaskan bahwa dharma atau kebenaran itu hanya satu. Istilah ini dipakai untuk mengikis kekeliruan pandangan bahwa ada banyak agama Buddha yang tercermin dari banyaknya aliran, yang menunjukan kebenaran yang berlainan. Dalam Buddhayana, keanekaragaman dan adaftasi bukan perbedaan atau pemecahbelahan, melainkan pada hakikatnya bagian integeral dari Ekayana. Buddhayana bukanlah sebuah sekte, melainkan agama Buddha itu sendiri. John Blofeld mengumpamakan agama Buddha itu seperti sebuah kota yang dikelilingi tembok besar dengan begitu banyak gerbang, sehinngga pendatang baru khawatir akan menjumpai jaringan jalan yang rumit, namun sesungguhnya, memasuki pintu yang mana pun, kalau ia berjalan terus, ia akan menemukan jalan memusat dibawah satu benteng perlindungan.
Thich Nhat Hanh mengemukakan seperti bermacam-macam obat diperlukan untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit, ajaran Buddha juga membuka pintu-pintu Dharma yang sesuai bagi setiap orang dengan keadaan yang berlainan. Meskipun pintu-pintu itu bisa berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lain, mereka semua adalah pintu dhamma.
a. Istilah Buddhayana
Istilah Buddhayana sebagaimana perpaduan Therawada dan Mahayana diperkenalkan delegasi Indonesia dalam laporan pada kongres WFB (World Followships Of Buddhis) di Penng, Malasya 1996. Thai Dharmaduta (1968) diundang mengajar Theravada bagi para Bhikkhu dan Samanera. Pada tahun 1970-an sejumlah samaneradi kirim belajara Mahayana ke keluar negeri dan menjadi Bhikkhu di sana. Setelah munculnya TSangha Tantrayana pada 1982, maka muncul pengenalan tiga macam kebaktian atau dalam Sagin (MBI) mulai dikenal ada tiga mazab/aliran, dengan kata lain Buddhayana yang tidak mengatas namakan aliran dari masing-masing atau bukan merupakan suatu aliran ataupun sekte yang berdiri sendiri. Ada dua macam pengertian Buddhayan yaitu:
1) Buddhayana adalah pandangan dengan semangat Non-Sectarian sebagai wahana mempersatukan semua tradisi/sekte dalam Agama Buddha.
2) Buddhayana bukanlah sekte, melainkan Agama Buddha itu sendiri.
Pemakaian istilha Buddhayana yaitu, The Third Annual International Buddhist Seminar di New York (1974) menginginkan tidak mengklasifikasi ajaran Buddha ke dalam bermacam-macam yana. Dr Buddhadasa Kirtisinghe mengusulkan sebutan Ekayana atau Buddhayana dan Dr. Ananda WP Guruge (Unesco) tentang Universal Buddhism: pakar-pakar Barat menginginkan penggabungan ketiga tradisi, disebut Triyana atau Buddhayana. Dalam Buddhayana, keanekaragaman & adaptasi bukan perbedaan/pemecahbelahan, melainkan membentuk bagian integral.
Dr. D.T. Suzuki menulis: tiada terdapat dua aliran agama Buddha, Mahayana dan Hinayana sebenarnya satu, dan semangat pendiri agama Buddha terdapat dalam kedua aliran ini. Bhkkhu Dr. K. Sri Dhammananda mengatakan, pengikut Buddha sejati dapat menjalankan agama ini (Buddha) tanpa melekat pada mazhab atau sekte apapun. Menurut Piyasilo, bila seseorang mengerti satu tradisi, apakah itu Theravada, Mahayana, atau Wajrayana, ia juga akan memahami semua tradisi yang lain. Namun ia harus berusaha dan membuka pikirannya. Dengan kata lain sikap fanatik yang membuta dan eksklusif pada satu sekte, menunjukan ketidakpahaman akan konsep dasar ajaran Buddha sendiri. Mereka yang mencela tradisi Buddhis mana pun bahkan sesungguhnya tidak memahami tradisinya sendiri.
b. Tokoh Pencetus Buddhayana
Agama Buddha di Indonesia dibangkitkan kembali oleh Y.A Bhikkhu Ashin Jinarakkhita setelah keruntuhannya yang menenggelamkan agama Buddha di Indinesia yang dahulu pernah berkembang pesat pada jaman kerajaan Mojopahit dan Sriwijaya. Seiring perkembangannya agama Buddha di Indonesia berkembang dan mulai banyak muncul sekte-sekte dalam agama Buddha. Setelah kongres umat Buddha Indonesia pada tahun 1979 di Yogyakarta menghasilkan sebuah wadah Perwalian Umat Buddha Indonesia (WALUBI), MUABI diubah namanya menjadi Majelis Buddhayana Indonesia (MBI). Perubahan ini telah menimbutkan pergolakan dalam tubuh MBI. Karena ada yang menyatakan sebagai sebuah sekte. Melalui kongres V MBI tanggal 7-9 Juni 1987 di Pacet, kekeliruan ini diperbaiki dan akhirnya MBI menjadi pembantu Sangha Agung Indonesia. Buddhayana dinyatakan sebagai perkembangan agama Buddha yang menuju kepada perssatuan kembali dari berbagai sekte. (Tim Penyusun, 2003: 46).
Tokoh pencetus Buddhayana di Indonesia dalah Y.A Bhikkhu Ashin Jinakkhita, sebagai hasil dari usahanya untuk membangkitkan agama Buddha khususnya di Indonesia. Buddhayana sebagai pola pikir yang insklusif di tengah-tengah agama Buddha yang terdiri dari banyak sekte diantaranya Hinayana, Mahayana dan Tantrayana. Ketiganya berpegang pada Dhamma ajaran Sang Buddha dan membawa umat Buddha pada Nirvana.
Ketiga Yana tersebut oleh beliau disebut dengan Buddhayana karena bersumber dari Buddha dan sama-sama membawa umat Buddha ke Nibbana (Nirvana). Beliau telah menyediakan tempat bagi ketiga mazhab tersebut untuk berkembang kembali di Indoesia. Dan gagasan Buddhayana terse but di dukung dan di ikuti dengan setulus hati oleh ajaran Sangha Agung Indonesia (SAGIN) dan Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) (Tim Penyusun, 2008: 19).
Majelis Buddhayana Indonesia merupakan perkumpulan agama yang menghimpun umat Buddha di Indonesia, yang mengayomi, membimbing, melayani kebutuhan umat Buddha dalam mendukung perkembangan agama Buddha tanpa membeda-bedakan latar belakan aliran, suku bangsa, kebudayaan berdasarkan kitap suci Tripitaka dan keyakinan umat Buddha terhadap Dharmakaya (Adi Buddha) dengan mengembangkan wawasan inter sekte dan kerukunan yang harmonis dalam agama Buddha.
c. Tujuan Buddhayana
Menyadari akan inti ajara agama buddha adalah Sakyamuni Buddha, cita-cita yang bertujuan mewadahi umat Buddha dari tiga tradisi tersebut dalam satu wadah atau kendaraan (yana) yang sama yaitu Buddhayana bertujuan mencapai suatu perpaduan antara intisari ajaran dengan pola hidup dan kebudayaan seseorang melalui prinsip non-sektarian (Dharmawiranatha). Ajaran yang diajarakan terdiri dari tiga segmen antara lain Tantrayana, Hinayana dan Mahayana. Ajaran dari ketiga nya memiliki perbedaan Hinayana menitikberatkan pada Jalan Mulia Berunsur Delapan untuk mencapai Nirva (menjadi Arahat) dan terikat pada ajaran Buddha yang tertulis pada Tripitaka dan Mahayana untuk mencapai tujuannya Mahayana mementingkan pada pelaksanaan Paramita untuk mencapai pembebasan penderitaan umat manusia sedangkan Tantrayana dalam usaha membebaskan diri dari dukkha melalui Mudara-mudra dan mantra-mantra maka cara untuk mencapainya dilaksanakan secara khusus sehingga tidak semua orang dapat mempelajarinya, ajaran ini dinilai bersifat esoteris dan rahasia sehingga dinamakan “The Secret Doctrine”.
Meskipun ketinganya memiliki perbedaan tetapi ajran-ajarannya memiliki dasar yang sama yaitu berasal dari Buddha Sakyamuni, persamaan ketiganya mencakup;
1) Tujuan agama buddha dalah menghapus ketidak tahuan (avidya) dan mencapai akhir penderitaan (Nibbana)
2) Buddha Sakyamuni sebagai guru agung para Deva dan manusia dan menunjukan jalan untuk membebasakan diri dari dukkha
3) Alam semesta dicengkram oleh Tilakkhana
4) Hukum Paticca Samuppada
5) Satur Ariya Satyani
6) Hukum Karma dan Punarbhava.
Menurut Bhikkhu Dharmawiranata, Buddhayana bertujuan mencapau suatu perpaduan antara intisari ajaran dengan pola hidup dan kebudayaan seseorang. Sumbangan yang dapat diberikan agama Buddha kepada kebudayaan bangsa adalah suatu pendirian non-sekterian, sikap yang mencari harmoni dan kerukunan. Buddhayana tidak bermaksud agar sekte-sekte yang berbeda itu harus lenyap atau melepaskan identitas mereka yang berlainan.
Buddhayana menolak sikap sektarian, yang tidak memiliki toleransi terhadap ajaran dan praktik dari berbagai aliran di dalam agama Buddha selain dari aliran sendiri. Kelemahan sektarian jelas, membatasi wawasan, mempertebal egoisme, menimbulkan kebencian, yang tentu saja akan merintangi kemajuan spiritual (Mukti. 2001, 3-12).
Dalam pengertian Buddhayana, yang juga disebut Ekayana, tiap cara diakui kegunaan dan keampuhannya. Dan itu terlihat dalam berbagai buku yang mencoba mengungkapkan tiga pandangan satu-per-satu, dan membandingkannya satu sama lain. Tiga pandangan itu adalah Theravada, Mahayana, dan Tantrayana/Vajrayan. Semua yana (sekte, aliran) berada dalam satu Jalan Buddha, sehingga tiap yana sama membimbing seseorang menuju Kebuddhaan. Itulah prinsip dasar Buddhayana.
B. Simpulan
Buddhayana, yang juga disebut Ekayana, tiap cara diakui kegunaan dan keampuhannya. Dan itu terlihat dalam berbagai buku yang mencoba mengungkapkan tiga pandangan satu-per-satu, dan membandingkannya satu sama lain. Tiga pandangan itu adalah Theravada, Mahayana, dan Tantrayana/Vajrayan. Semua yana (sekte, aliran) berada dalam satu Jalan Buddha, sehingga tiap yana sama membimbing seseorang menuju Kebuddhaan. Itulah prinsip dasar Buddhayana.
Pengertian seperti itu menunjukkan bahwa agama Buddha tidak terikat pada ruang dan waktu, melainkan selalu bisa menyesuaikan diri pada keadaan dan kondisi yang dihadapi. Jalan Buddha atau pandangan Buddhayana tidak pernah memaksa kita untuk mengikatkan diri pada hanya salah satu sekte/aliran. Kita agaknya diberi cukup kebebasan dan keleluasaan untuk menggunakan berbagai peralatan atau metode yang tersedia dalam agama Buddha.
Referensi:
Mukti. 2001. Buddhayana. Jakarta Barat: Yayasan Dian Dharma.
Tim Penyusun. 2003. Kapita Selekta Agama Buddha. Jakarta: CV. Kayana Abadi
Tim Penyusun. 2008. Musyawarah Nasional. Jakarta: Majelis Buddhayana Indonesia.
….. Majalah Sakya. 2010. Jambi: Majelis Buddhayana Indonesia Provinsi Jambi
http://www.nabble.com/ 03/01/2011
makasih,, mmbantu bgt,, makin bertambah ilmu
BalasHapuspembahasan yg bagus.
BalasHapusada tulisan pada web :http://satriopiningitmuncul.wordpress.com
Informasi yang sangat bermanfaat buat semua umat. Thanks ;)
BalasHapusJangan lupa kunjungi blogspot berikut ini juga, dunia-mahasiswa-1.blogspot.co.id.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussaya sangat menyukai artikel ini. Terima kasih telah membukakan pikiran kita semua.
BalasHapussaya sangat berterima kasih atas ditulisnya artikel ini. karena saya dapat menambah wawasan tentang Buddhayana
BalasHapus